Monday, February 20, 2017

Antara Akal Sehat Dan Hawa Nafsu

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Bahkan manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna di antara makhluk-makhluk ciptaan Allah lainnya. Di samping itu Allah memuliakan manusia dengan menempatkan manusia di tempat-tempat yang baik yang bisa memberikan banyak kenikmatan duniawiyah sebagai rezeki yang baik dari Allah kepada manusia.
Antara Akal Sehat Dan Hawa Nafsu
Allah SWT berfirman yang artinya :

"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna."
[QS. Al-Isra': Ayat 70]

"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya," [QS. At-Tin: Ayat 4]

Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh manusia dari makhluk-makhluk yang lain adalah bahwa manusia dianugerahi akal pikiran, sedangkan makhluk yang lain seperti binatang walaupun memiliki otak namun tidak memiliki akal pikiran. Walaupun manusia dianugerahi akal pikiran, namun tidak sedikit yang enggan menggunakan akal sehatnya dalam bertindak maupun dalam menentukan keputusan. Banyak yang lebih suka menggunakan hawa nafsunya demi keuntungan pribadi untuk meraih kenikmatan duniawiyah semata. Akal sehat mengarah pada kebenaran, sedangkan hawa nafsu cenderung mengarah kepada kebathilan yang pada akhirnya akan membawa kehancuran.

Contoh sederhana, ketika akan melintasi sebuah jembatan, disitu ada peringatan sebagai berikut "Sepeda motor dilarang melewati jembatan". Bagi yang mengendarai mobil, kalau dia menggunakan akal sehatnya pastilah dia memilih cari jalan lain walaupun agak jauh karena akal sehatnya mengatakan "sepeda motor saja dilarang apalagi mobil yang lebih berat bobotnya daripada sepeda motor." Namun kalau hawa nafsunya yang berkuasa "yang dilarang lewat kan sepeda motor, saya kan naik mobil". Apa yang terjadi jika mobil tersebut nekat melintasi jembatan? Bisa dipastikan jembatan akan roboh dan mobil terperosok di kolong jembatan karena kondisi yang dipaksakan.

Begitu pula dalam hal memilih seorang pemimpin, kalau Allah sudah memberi ketetapan tapi hawa nafsu kita menetapkan yang lain maka tunggulah Allah mendatangkan perkaranya. Allah sudah memberi ketetapan bahwa orang Islam dilarang menjadikan orang-orang non muslim menjadi pemimpin bagi orang Islam. Bagi orang yang menggunakan akal sehatnya pastilah mentaati aturan Allah tersebut, akan tetapi bagi orang yang menggunakan hawa nafsunya akan terus membuat berbagai alasan untuk menerobos aturan Allah tersebut.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dhalim.." [QS. Al-Maaidah : 51]

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman." [QS. Al-Maaidah : 57]

"Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal." [QS. Al-Maaidah : 58]

Seperti pada contoh di atas ketika akan melintasi sebuah jembatan, ketika memilih pemimpin pun demikian. Kalau dalam hal memilih pemimpin kita perturutkan hawa nafsu maka tunggulah kehancuran kaum muslimin. Allah melarang umat Islam  menjadikan orang-orang kafir menjadi teman kepercayaannya karena mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudlaratan bagi umat Islam. Kalau kita menggunakan akal sehat kita pastilah tidak akan menjadikan orang-orang kafir menjadi pemimpin kita, menjadikan teman kepercayaan saja tidak boleh apalagi menjadikannya pemimpin. Kalau sekedar teman biasa, saling bertegur sapa tidak mengapa.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudlaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." [QS. Ali 'Imraan : 118]

"Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: "Kami beriman"; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati." [QS. Ali 'Imraan : 119]

"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (138) (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. (139)" [QS. An-Nisaa' : 138-139]

"Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam," [QS. An-Nisaa' : 140]

Demikianlah sedikit gambaran antara akal sehat dan hawa nafsu. Bukan maksud saya untuk mengoreksi orang lain, akan tetapi sekedar menjadikan tulisan ini sebagai pengingat bagi diri sendiri. Semoga kita selalu diberi kemampuan untuk menggunakan akal sehat kita dan dijauhkan dari dorongan hawa nafsu dalam bertindak maupun dalam menentukan keputusan. Kalau ada benarnya itu dari Allah SWT, kalau salah itu semata-mata karena kebodohan saya.

No comments:

Post a Comment