Dukun dan peramal sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kita dan kebanyakan dari kita pun begitu percayanya dengan apa yang dikatakan dan dilakukan oleh para dukun dan peramal tersebut. Banyak sekali yang kita lihat, kita baca, kita dengar, kita saksikan di koran, di majalah, di radio, di televisi maupun dalam kehidupan kita sehari-hari yang memaparkan tentang ramalan-ramalan (termasuk ramalan bintang ) dan praktek-praktek perdukunan dengan bebas. Ironisnya, kita sebagai seorang muslim/muslimah begitu mudahnya terperangkap oleh tipudaya-tipudaya syaitan tersebut. Bagaimanakah sebenarnya dukun dan peramal dalam pandangan Islam?
Dukun Dan Peramal Dalam Pandangan Islam
Dalam ajaran Islam, haram mendatangi dukun,
tukang ramal, tukang sihir, menganggap sesuatu
penyebab kesialan, dan memakai jimat. Hal tersebut berdasarkan hadits-hadits Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam berikut :
Dari Shafiyah dari sebagian isteri Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Barangsiapa yang datang kepada dukun (tukang ramal), lalu menanyakan sesuatu kepadanya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh malam". [HR. Muslim juz 4, hal. 1751]
Dari 'Abdullah (bin Mas'ud), ia berkata, "Barangsiapa yang datang kepada tukang ramal, atau dukun menanyakan sesuatu kepadanya dan percaya kepada apa yang dikatakannya, maka sungguh dia telah kafir kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam". [HR. Thabrani dalam Al-Kabir juz 10, hal. 76, no. 10005]
Dari Qathan bin Qabishah dari ayahnya, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ramalan dengan tulisan, ramalan dengan burung dan ramalan dengan lemparan kerikil termasuk syirik (menyekutukan Allah)". [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 16, no. 3907].
Dari Ibnu 'Abbas RadhiAllahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang mempelajari ilmu ramalan bintang berarti dia mempelajari satu cabang dari sihir, dan bertambah dosa apabila dia bertambah dalam mempelajarinya". [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 16, no. 3905]
Dari Mu'awiyah bin Hakam As-Sulamiy, ia berkata : Aku berkata, "Ya Rasulullah, ada beberapa hal yang biasa kami lakukan pada masa jahiliyah dahulu, yaitu kami biasa datang kepada dukun ". Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jangan lagi kamu datang kepada dukun ". (Mu'awiyah) berkata : Aku berkata, "Kami juga percaya pada tanda-tanda kesialan ". Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Itu sesuatu yang tidak disukai oleh seseorang diantara kalian, maka hal itu jangan sampai menghalangi (mengganggu) kamu sekalian". [HR. Muslim juz 4, hal. 1748]
Dukun Dan Peramal Mendapat Bisikan Dari Jin
Dari Aisyah, ia berkata, aku berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya para dukun pernah menceritakan kepada kami tentang sesuatu dan kami dapati bahwa yang mereka ceritakan itu benar terjadi". Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Kalimat yang benar itu memang sengaja disambar dengan cepat oleh jin lalu dilemparkan ke telinga walinya (dukun), tetapi ia sudah menambah dengan seratus kebohongan". [HR. Muslim juz 4, hal. 1750]
Dari 'Aisyah RadhiAllahu 'anha, ia berkata; beberapa orang bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam tentang dukun, lalu beliau menjawab: "Mereka (para dukun) tidak bisa apa-apa". Mereka berkata, "Wahai Rasulullah! Terkadang apa yang mereka ceritakan itu benar terjadi". Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Itu perkataan yang benar yang dicuri oleh jin, lalu ia memperdengarkannya di telinga walinya (dukun), lalu mereka mencampur dengan seratus kebohongan". [HR. Bukhari juz 7, hal. 28]
'Aisyah berkata : Orang-orang bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam tentang dukun . Maka Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada mereka, "Mereka tidak bisa apa-apa". Orang-orang menyahut, "Tetapi mereka itu kadang-kadang menceritakan sesuatu yang benar-benar terjadi". Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Kalimat itu adalah dari Jin yang ia menyambarnya lalu diperdengarkan ke telinga pembantunya (dukun) seperti suara ayam lalu mereka mencampurinya dengan lebih dari seratus kebohongan". [HR. Muslim juz 4, hal. 1750].
Mantra dan Jimat Para Dukun
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang membuat ikatan buhul kemudian meniupnya, maka sungguh ia telah berbuat sihir . Dan barangsiapa berbuat sihir , sungguh ia telah mensekutukan Allah. Dan barangsiapa yang menggantungkan jimat , maka ia diserahkan kepada jimat itu (Allah tidak akan menolongnya). [HR. Nasai juz 7, hal. 112]
Dari 'Isa, yaitu bin Abdurrahman bin Abi Laila, ia berkata : Suatu ketika aku menjenguk Abdullah bin 'Ukaim Abu Ma'bad Al-Juhani dan wajah dan badannya kemerahan karena sakit, lantas kami pun berkata, "Apakah engkau tidak menggantungkan sesuatu (di lehermu untuk menyembuhkanmu)?". Ia menjawab, "Kematian lebih dekat dari itu". Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, "Barangsiapa yang menggantungkan sesuatu (jimat di badannya), maka ia akan diserahkan kepada jimat itu". [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 272, no. 2152]
Dari Misyrah bin Ha'an bahwasanya dia mendengar 'Uqbah bin 'Amir berkata : Aku mendengar Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang memakai jimat, maka Allah tidak akan menyempurnakannya, barangsiapa yang memakai rumah siput, maka Allah tidak akan memberi ketenangan padanya". [HR. Ibnu Hibban juz 13, hal. 450, no. 6086]
Dari Zainab istri 'Abdullah (bin Mas'ud), bahwasanya ia terkena penyakit kemerah-merahan pada wajahnya. Lalu ada seorang wanita datang kepadanya dan memberinya mantra-mantra, lalu dia mengalungkannya pada lehernya. Kemudian Ibnu Mas'ud RadhiAllahu 'anhu datang, dan melihat kalung itu di lehernya, lalu bertanya, "Apa ini?". Istrinya menjawab, "Aku minta mantra-mantra untuk menghilangkan penyakitku". Maka 'Abdullah bin Mas'ud lalu mengulurkan tangannya mengambil kalung itu dan memutusnya. Kemudian ia berkata, "Sesungguhnya keluarga 'Abdullah tidak memerlukan sesuatu yang mengandung syirik". (Zainab) berkata : Kemudian (Ibnu Mas'ud) berkata : Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada kami, "Sesungguhnya mantra-mantra , jimat-jimat dan tiwalah adalah syirik". Perawi berkata, "Lalu aku bertanya, "Apa tiwalah itu?". Ia menjawab, "Tiwalah adalah sesuatu yang membuat orang laki-laki tertarik". [HR. Hakim dalam Mustadrak juz 4, hal. 463, no. 8290]
Dari 'Imran bin Hushain RadhiAllahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Tidak termasuk golongan kami orang yang percaya tanda-tanda kesialan atau datang bertanya kepada orang yang mempercayai tanda-tanda kesialan , atau orang yang melakukan pedukunan atau orang yang datang berdukun , atau orang yang melakukan sihir atau orang yang datang meminta tolong kepada tukang sihir, dan orang yang membuat ikatan buhul atau ia berkata : Barangsiapa membuat ikatan buhul , dan barangsiapa yang datang kepada dukun dan membenarkan apa yang dikatakan dukun itu, maka sungguh ia telah kufur kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam". [HR. Al-Bazzar juz 9, hal. 52, no. 3578].
Dukun Dan Peramal Tidak Tahu Yang Ghaib
Dari hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa sihir ,
dukun, tukang ramal , percaya hantu, jimat , mantra-mantra dan kepercayaan-kepercayan syirik lainnya adalah dilarang agama . Sedangkan dukun atau
tukang ramal itu mengaku mengetahui yang ghaib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang. Mereka itu hanyalah membuat kebohongan belaka. Padahal tidak ada yang mengetahui yang ghaib kecuali Allah SWT semata, sebagaimana firman-Nya :
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib. Tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudh). [QS. Al-An'aam : 59]
Katakanlah, "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan. [QS. An-Naml : 65]
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. [QS. Lsallam: 34]
Setelah membaca tulisan di atas, masihkah kita percaya pada dukun dan peramal?
Pemuda MTA (Majlis Tafsir Al Qur'an) Perwakilan Malang Kota, menjalin ukhuwah di jalan dakwah. Membangun, memupuk, mengembangkan rasa persaudaraan sesama pemuda MTA Malang.
Sunday, February 26, 2017
Monday, February 20, 2017
Antara Akal Sehat Dan Hawa Nafsu
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Bahkan manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna di antara makhluk-makhluk ciptaan Allah lainnya. Di samping itu Allah memuliakan manusia dengan menempatkan manusia di tempat-tempat yang baik yang bisa memberikan banyak kenikmatan duniawiyah sebagai rezeki yang baik dari Allah kepada manusia.
Allah SWT berfirman yang artinya :
"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna."
[QS. Al-Isra': Ayat 70]
"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya," [QS. At-Tin: Ayat 4]
Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh manusia dari makhluk-makhluk yang lain adalah bahwa manusia dianugerahi akal pikiran, sedangkan makhluk yang lain seperti binatang walaupun memiliki otak namun tidak memiliki akal pikiran. Walaupun manusia dianugerahi akal pikiran, namun tidak sedikit yang enggan menggunakan akal sehatnya dalam bertindak maupun dalam menentukan keputusan. Banyak yang lebih suka menggunakan hawa nafsunya demi keuntungan pribadi untuk meraih kenikmatan duniawiyah semata. Akal sehat mengarah pada kebenaran, sedangkan hawa nafsu cenderung mengarah kepada kebathilan yang pada akhirnya akan membawa kehancuran.
Contoh sederhana, ketika akan melintasi sebuah jembatan, disitu ada peringatan sebagai berikut "Sepeda motor dilarang melewati jembatan". Bagi yang mengendarai mobil, kalau dia menggunakan akal sehatnya pastilah dia memilih cari jalan lain walaupun agak jauh karena akal sehatnya mengatakan "sepeda motor saja dilarang apalagi mobil yang lebih berat bobotnya daripada sepeda motor." Namun kalau hawa nafsunya yang berkuasa "yang dilarang lewat kan sepeda motor, saya kan naik mobil". Apa yang terjadi jika mobil tersebut nekat melintasi jembatan? Bisa dipastikan jembatan akan roboh dan mobil terperosok di kolong jembatan karena kondisi yang dipaksakan.
Begitu pula dalam hal memilih seorang pemimpin, kalau Allah sudah memberi ketetapan tapi hawa nafsu kita menetapkan yang lain maka tunggulah Allah mendatangkan perkaranya. Allah sudah memberi ketetapan bahwa orang Islam dilarang menjadikan orang-orang non muslim menjadi pemimpin bagi orang Islam. Bagi orang yang menggunakan akal sehatnya pastilah mentaati aturan Allah tersebut, akan tetapi bagi orang yang menggunakan hawa nafsunya akan terus membuat berbagai alasan untuk menerobos aturan Allah tersebut.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dhalim.." [QS. Al-Maaidah : 51]
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman." [QS. Al-Maaidah : 57]
"Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal." [QS. Al-Maaidah : 58]
Seperti pada contoh di atas ketika akan melintasi sebuah jembatan, ketika memilih pemimpin pun demikian. Kalau dalam hal memilih pemimpin kita perturutkan hawa nafsu maka tunggulah kehancuran kaum muslimin. Allah melarang umat Islam menjadikan orang-orang kafir menjadi teman kepercayaannya karena mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudlaratan bagi umat Islam. Kalau kita menggunakan akal sehat kita pastilah tidak akan menjadikan orang-orang kafir menjadi pemimpin kita, menjadikan teman kepercayaan saja tidak boleh apalagi menjadikannya pemimpin. Kalau sekedar teman biasa, saling bertegur sapa tidak mengapa.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudlaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." [QS. Ali 'Imraan : 118]
"Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: "Kami beriman"; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati." [QS. Ali 'Imraan : 119]
"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (138) (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. (139)" [QS. An-Nisaa' : 138-139]
"Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam," [QS. An-Nisaa' : 140]
Demikianlah sedikit gambaran antara akal sehat dan hawa nafsu. Bukan maksud saya untuk mengoreksi orang lain, akan tetapi sekedar menjadikan tulisan ini sebagai pengingat bagi diri sendiri. Semoga kita selalu diberi kemampuan untuk menggunakan akal sehat kita dan dijauhkan dari dorongan hawa nafsu dalam bertindak maupun dalam menentukan keputusan. Kalau ada benarnya itu dari Allah SWT, kalau salah itu semata-mata karena kebodohan saya.
Allah SWT berfirman yang artinya :
"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna."
[QS. Al-Isra': Ayat 70]
"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya," [QS. At-Tin: Ayat 4]
Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh manusia dari makhluk-makhluk yang lain adalah bahwa manusia dianugerahi akal pikiran, sedangkan makhluk yang lain seperti binatang walaupun memiliki otak namun tidak memiliki akal pikiran. Walaupun manusia dianugerahi akal pikiran, namun tidak sedikit yang enggan menggunakan akal sehatnya dalam bertindak maupun dalam menentukan keputusan. Banyak yang lebih suka menggunakan hawa nafsunya demi keuntungan pribadi untuk meraih kenikmatan duniawiyah semata. Akal sehat mengarah pada kebenaran, sedangkan hawa nafsu cenderung mengarah kepada kebathilan yang pada akhirnya akan membawa kehancuran.
Contoh sederhana, ketika akan melintasi sebuah jembatan, disitu ada peringatan sebagai berikut "Sepeda motor dilarang melewati jembatan". Bagi yang mengendarai mobil, kalau dia menggunakan akal sehatnya pastilah dia memilih cari jalan lain walaupun agak jauh karena akal sehatnya mengatakan "sepeda motor saja dilarang apalagi mobil yang lebih berat bobotnya daripada sepeda motor." Namun kalau hawa nafsunya yang berkuasa "yang dilarang lewat kan sepeda motor, saya kan naik mobil". Apa yang terjadi jika mobil tersebut nekat melintasi jembatan? Bisa dipastikan jembatan akan roboh dan mobil terperosok di kolong jembatan karena kondisi yang dipaksakan.
Begitu pula dalam hal memilih seorang pemimpin, kalau Allah sudah memberi ketetapan tapi hawa nafsu kita menetapkan yang lain maka tunggulah Allah mendatangkan perkaranya. Allah sudah memberi ketetapan bahwa orang Islam dilarang menjadikan orang-orang non muslim menjadi pemimpin bagi orang Islam. Bagi orang yang menggunakan akal sehatnya pastilah mentaati aturan Allah tersebut, akan tetapi bagi orang yang menggunakan hawa nafsunya akan terus membuat berbagai alasan untuk menerobos aturan Allah tersebut.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dhalim.." [QS. Al-Maaidah : 51]
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman." [QS. Al-Maaidah : 57]
"Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal." [QS. Al-Maaidah : 58]
Seperti pada contoh di atas ketika akan melintasi sebuah jembatan, ketika memilih pemimpin pun demikian. Kalau dalam hal memilih pemimpin kita perturutkan hawa nafsu maka tunggulah kehancuran kaum muslimin. Allah melarang umat Islam menjadikan orang-orang kafir menjadi teman kepercayaannya karena mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudlaratan bagi umat Islam. Kalau kita menggunakan akal sehat kita pastilah tidak akan menjadikan orang-orang kafir menjadi pemimpin kita, menjadikan teman kepercayaan saja tidak boleh apalagi menjadikannya pemimpin. Kalau sekedar teman biasa, saling bertegur sapa tidak mengapa.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudlaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." [QS. Ali 'Imraan : 118]
"Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: "Kami beriman"; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati." [QS. Ali 'Imraan : 119]
"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (138) (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. (139)" [QS. An-Nisaa' : 138-139]
"Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam," [QS. An-Nisaa' : 140]
Demikianlah sedikit gambaran antara akal sehat dan hawa nafsu. Bukan maksud saya untuk mengoreksi orang lain, akan tetapi sekedar menjadikan tulisan ini sebagai pengingat bagi diri sendiri. Semoga kita selalu diberi kemampuan untuk menggunakan akal sehat kita dan dijauhkan dari dorongan hawa nafsu dalam bertindak maupun dalam menentukan keputusan. Kalau ada benarnya itu dari Allah SWT, kalau salah itu semata-mata karena kebodohan saya.
Thursday, February 16, 2017
Sholat Sunnah Ba’diyah Jum’ah Berdasarkan Yang Dicontohkan Rasulullah
Sholat sunnah ba'diyah Jum'ah yaitu sholat sunnah yang dikerjakan setelah sholat Jum'ah (jum'atan ). Umumnya kita melaksanakan sholat sunnah ba'diyah Jum'ah tersebut sebanyak 2 raka'at seperti pada sholat sunnah ba'diyah pada sholat-sholat wajib. Berapa raka'at kah sholat sunnah ba'diyah Jum'ah seperti yang dicontohkan Rasulullah? Bila dikerjakan di masjid 4 raka'at (2 raka'at salam, 2 raka'at salam) dan jika dikerjakan di rumah 2 raka'at.
Hadits-hadits berikut ini yang menjelaskan tentang jumlah raka'at sholat sunnah ba'diyah jum'ah :
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila seseorang diantara kalian shalat Jum'ah, maka hendaklah shalat sesudah itu 4 raka'at" . [HR Muslim juz 2, hal. 600].
Dari ‘Abdullah bin 'Umar bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu shalat sebelum Dhuhur dua raka’at dan sesudahnya dua raka’at, dan sesudah Maghrib dua raka’at di rumahnya, dan sesudah ‘Isyak dua raka’at. Dan beliau tidak shalat sesudah Jum’at melainkan setelah pulang, beliau lalu shalat dua raka’at. [HR. Bukhari juz 1, hal. 225].
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, bahwasanya dia apabila selesai shalat Jum’at, lalu pulang, kemudian shalat dua raka’at di rumahnya. Kemudian ia berkata, “Dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan yang demikian itu” . [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 358, no. 1130]
Dari hadits-hadits di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengerjakannya shalat sunnah ba'diyah Jum'ah 2 raka'at di rumahnya. Sedang menurut hadits yang pertama shalat sunnah ba'diyah Jum'ah itu 4 raka'at, maka ini bisa diambil suatu pengertian bahwa yang 4 raka'at itu dikerjakan di masjid.
Demikianlah sholat sunnah ba'diyah Jum'ah berdasarkan contoh pelaksanaan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Jika ada perbedaan dalam pelaksanaan janganlah dijadikan perpecahan di antara kita. Saling hormat menghormati segala perbedaan agar tetap terjaga kerukunan di antara kita.
Hadits-hadits berikut ini yang menjelaskan tentang jumlah raka'at sholat sunnah ba'diyah jum'ah :
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila seseorang diantara kalian shalat Jum'ah, maka hendaklah shalat sesudah itu 4 raka'at" . [HR Muslim juz 2, hal. 600].
Dari ‘Abdullah bin 'Umar bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu shalat sebelum Dhuhur dua raka’at dan sesudahnya dua raka’at, dan sesudah Maghrib dua raka’at di rumahnya, dan sesudah ‘Isyak dua raka’at. Dan beliau tidak shalat sesudah Jum’at melainkan setelah pulang, beliau lalu shalat dua raka’at. [HR. Bukhari juz 1, hal. 225].
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, bahwasanya dia apabila selesai shalat Jum’at, lalu pulang, kemudian shalat dua raka’at di rumahnya. Kemudian ia berkata, “Dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan yang demikian itu” . [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 358, no. 1130]
Dari hadits-hadits di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengerjakannya shalat sunnah ba'diyah Jum'ah 2 raka'at di rumahnya. Sedang menurut hadits yang pertama shalat sunnah ba'diyah Jum'ah itu 4 raka'at, maka ini bisa diambil suatu pengertian bahwa yang 4 raka'at itu dikerjakan di masjid.
Demikianlah sholat sunnah ba'diyah Jum'ah berdasarkan contoh pelaksanaan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Jika ada perbedaan dalam pelaksanaan janganlah dijadikan perpecahan di antara kita. Saling hormat menghormati segala perbedaan agar tetap terjaga kerukunan di antara kita.
Friday, February 10, 2017
Cara Membuat Tulisan Terbalik
Kali ini edisi refreshing dulu. Pernahkah kita melihat status di Facebook dengan tulisan terbalik? Atau juga postingan di WA dengan tulisan terbalik? Kalau belum tahu caranya pasti kita terheran-heran melihat tulisan terbalik, bahkan membacanya pun kadang kebingungan. Di keyboard tidak ada huruf dengan tulisan terbalik, lalu bagaimana cara menulisnya?
Sebenarnya sangat mudah untuk membuat tulisan terbalik tersebut, kita tidak perlu susah-susah mencari huruf terbalik. Lewat blog ini kita bisa membuat tulisan terbalik tersebut, cukup dengan menulis kemudian dibalik dan hasilnya bisa di copy-paste.
Oke lah tidak perlu panjang lebar, langsung praktek saja. Caranya tulislah kata-kata atau kalimat pada kotak di bawah ini untuk membuat tulisan terbalik. Setelah menulis, klik BALIK.
Sebenarnya sangat mudah untuk membuat tulisan terbalik tersebut, kita tidak perlu susah-susah mencari huruf terbalik. Lewat blog ini kita bisa membuat tulisan terbalik tersebut, cukup dengan menulis kemudian dibalik dan hasilnya bisa di copy-paste.
Oke lah tidak perlu panjang lebar, langsung praktek saja. Caranya tulislah kata-kata atau kalimat pada kotak di bawah ini untuk membuat tulisan terbalik. Setelah menulis, klik BALIK.
Hasilnya pada kotak yang bawah di COPY kemudian di PASTE kemana saja yang kita inginkan misalnya pada status Facebook atau postingan WA.
Untuk hasilnya yang ditampilkan pada kotak di bawah mungkin huruf-hurufnya tidak jelas, ini mungkin karena font-nya yang tidak support, namun untuk hasil PASTE di Facebook maupun WA tetap terbaca terbalik.
Untuk hasilnya yang ditampilkan pada kotak di bawah mungkin huruf-hurufnya tidak jelas, ini mungkin karena font-nya yang tidak support, namun untuk hasil PASTE di Facebook maupun WA tetap terbaca terbalik.
Thursday, February 9, 2017
Munculnya Ide Kreatif
Bagi orang yang berjiwa entrepreneur dalam melangkahkan kaki di jalan bisnis diawali dari munculnya ide kreatif. Lain halnya dengan orang yang hanya menerima warisan bisnis dari nenek moyangnya, mereka tidak perlu memikirkan ide-ide kreatif lagi. Namun begitu kalau tidak dikelola dengan managemen yang baik dan tidak didukung dengan ide-ide kreatif maka lambat laun bisnis warisan ini akan semakin surut.
Ide kreatif bukanlah warisan nenek moyang ataupun pemberian orang lain, namun ide kreatif muncul dari diri sendiri. Munculnya ide kreatif ini datang dari apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita rasakan dan apa yang kita lakukan. Terkadang munculnya ide kreatif datang saat suasana yang santai, tenang dan suasana gembira atau bisa juga dalam keramaian. Munculnya ide kreatif masing-masing orang tidak sama, antara individu yang satu dengan individu yang lain berbeda-beda baik cara maupun suasananya.
Ada pendapat kalau munculnya ide-ide kreatif ini banyak hubungannya dengan kecerdasan otak kanan. Kecerdasan otak kanan ini bisa dilatih dengan cara-cara antara lain banyak melakukan aktivitas-aktivitas dengan tangan kiri misalnya menyapu, menulis, membuka pintu, gosok gigi dan lain--lain yang tidak dilarang dalam agama Islam. Cara lain untuk mengasah otak kanan ini adalah dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang banyak menggunakan imaginasi kita misalnya melukis, main musik dan banyak menulis cerita-cerita fiksi atau dongeng-dongeng. Di samping itu juga bisa dengan banyak melakukan aktivitas olahraga maupun dengan senam-senam khusus.
Dalam hal mengasah otak ini, Allah SWT telah memberi petunjuk bagaimana cara untuk mencerdaskan otak. Yaitu dengan membaca Al Qur'an, mempelajari isinya, menghayati dengan cermat tiap-tiap ayatnya. Dengan begitu otak manusia menjadi cerdas karena Allah SWT telah memberikan pelajaran yang sangat lengkap dalam Al Qur'an, seluruh ilmu yang ada di dunia ini tercakup dalam Al Qur'an. Di samping itu dengan membaca, mempelajari dan menghayati isi Al Qur'an menjadikan imaginasi manusia semakin berkembang ketika memikirkan ayat-ayat Allah, memikirkan keagungan Allah, memikirkan penciptaan makhluk, memikirkan keindahan ciptaan Allah, dan lain sebagainya.
"Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran."
[QS. Shad: Ayat 29]
Kembali pada bahasan masalah munculnya ide kreatif, ide kreatif bisa muncul dari apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita rasakan, dan apa yang kita lakukan. Untuk memunculkan ide kreatif, berikut ini barangkali bisa kita lakukan :
Begitulah sedikit uraian tentang munculnya ide kreatif. Dengan keterbatasan kemampuan imajinasi saya, uraian di atas tentu saja masih sangat banyak kekurangannya, dan hal itu karena kebodohan saya.
Jika dirasa postingan ini ada manfaatnya buat kita semua, silahkan dibagikan kepada teman-teman anda.
Ide kreatif bukanlah warisan nenek moyang ataupun pemberian orang lain, namun ide kreatif muncul dari diri sendiri. Munculnya ide kreatif ini datang dari apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita rasakan dan apa yang kita lakukan. Terkadang munculnya ide kreatif datang saat suasana yang santai, tenang dan suasana gembira atau bisa juga dalam keramaian. Munculnya ide kreatif masing-masing orang tidak sama, antara individu yang satu dengan individu yang lain berbeda-beda baik cara maupun suasananya.
Ada pendapat kalau munculnya ide-ide kreatif ini banyak hubungannya dengan kecerdasan otak kanan. Kecerdasan otak kanan ini bisa dilatih dengan cara-cara antara lain banyak melakukan aktivitas-aktivitas dengan tangan kiri misalnya menyapu, menulis, membuka pintu, gosok gigi dan lain--lain yang tidak dilarang dalam agama Islam. Cara lain untuk mengasah otak kanan ini adalah dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang banyak menggunakan imaginasi kita misalnya melukis, main musik dan banyak menulis cerita-cerita fiksi atau dongeng-dongeng. Di samping itu juga bisa dengan banyak melakukan aktivitas olahraga maupun dengan senam-senam khusus.
Dalam hal mengasah otak ini, Allah SWT telah memberi petunjuk bagaimana cara untuk mencerdaskan otak. Yaitu dengan membaca Al Qur'an, mempelajari isinya, menghayati dengan cermat tiap-tiap ayatnya. Dengan begitu otak manusia menjadi cerdas karena Allah SWT telah memberikan pelajaran yang sangat lengkap dalam Al Qur'an, seluruh ilmu yang ada di dunia ini tercakup dalam Al Qur'an. Di samping itu dengan membaca, mempelajari dan menghayati isi Al Qur'an menjadikan imaginasi manusia semakin berkembang ketika memikirkan ayat-ayat Allah, memikirkan keagungan Allah, memikirkan penciptaan makhluk, memikirkan keindahan ciptaan Allah, dan lain sebagainya.
"Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran."
[QS. Shad: Ayat 29]
Kembali pada bahasan masalah munculnya ide kreatif, ide kreatif bisa muncul dari apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita rasakan, dan apa yang kita lakukan. Untuk memunculkan ide kreatif, berikut ini barangkali bisa kita lakukan :
- Sering-sering jalan-jalan ke pasar, mall, supermarket, lihat-lihat pedagang kaki lima. Lihat apa yang mereka jual, perhatikan perilaku pembeli, apa yang mereka cari, apa yang membuat pembeli tertarik, dan sebagainya.
- Perhatikan jika ada kerumunan orang baik anak-anak maupun orang dewasa, perhatikan perilaku mereka tentang ketertarikan mereka terhadap sesuatu.
- Mengikuti kajian-kajian ilmu seperti pengajian, seminar-seminar.
- Mendengarkan musik santai, bermain musik, mendengarkan murotal, membuat pikiran lebih rileks sehingga terkadang ide-ide kreatif muncul di saat-saat seperti itu.
- Bertamasya menikmati indahnya alam sambil merasakan Keagungan Allah dalam menciptakan alam semesta.
- Rajin berolahraga.
- Banyak-banyak menulis dengan imajinasi kita sehingga merangsang otak kita lebih mampu untuk memunculkan ide-ide kreatif.
Begitulah sedikit uraian tentang munculnya ide kreatif. Dengan keterbatasan kemampuan imajinasi saya, uraian di atas tentu saja masih sangat banyak kekurangannya, dan hal itu karena kebodohan saya.
Jika dirasa postingan ini ada manfaatnya buat kita semua, silahkan dibagikan kepada teman-teman anda.
Wednesday, February 8, 2017
Menemukan Sesuatu Di Jalan
Sebagai manusia yang tak luput dari lupa dan kesalahan, terkadang kita kurang hati-hati dalam menjaga barang-barang yang kita miliki. Terkadang kita lupa menaruh suatu barang sehingga bisa menyebabkan hilangnya barang tersebut. Begitu pula saat bepergian, karena kurang hati-hati bisa menyebabkan barang ataupun uang yang kita bawa terjatuh di jalan sehingga kita kehilangan barang ataupun uang yang kita bawa.
Itu tadi kalau barang atau uang kita yang hilang di jalan, lalu bagaimana kalau kita yang menemukan sesuatu di jalan? Kebanyakan orang kalau menemukan sesuatu di jalan atau di mana pun, dia itu merasa mendapat rejeki. "Alhamdulillah....isuk-isuk durung sarapan ndilalah nemu duit Rp 100.000,,rejeki nomplok...." (Alhamdulillah....pagi-pagi belum sarapan kebetulan menemukan uang Rp 100.000,,rejeki nomplok"). Contoh ungkapan orang yang menemukan uang di jalan seperti itu seringkali kita dengar. Baginya menemukan sesuatu di jalan itu adalah sebuah rejeki, dia tidak mau berpikir kalau orang yang kehilangan sesuatu tersebut pastilah merasa kesusahan. Dia merasa senang, sementara orang lain merasa kesusahan. Ini berarti bersenang-senang di atas kesusahan orang lain. Sikap seperti itu bukanlah akhlaknya orang Islam. Kalau saja dia itu orang Islam pastilah hal itu karena ketidaktahuannya terhadap aturan Islam, maka dari itu lewat tulisan ini kami jelaskan sedikit yang kami tahu tentang aturan Islam ketika kita menemukan sesuatu di jalan atau di mana pun.
Dalam aturan Islam, kalau kita menemukan sesuatu di jalan itu bukan suatu rejeki atau hal yang menyenangkan bagi kita, akan tetapi pada hakikatnya hal itu merupakan suatu beban bagi kita. Sesuatu yang kita temukan di jalan tersebut pastilah ada pemiliknya, maka harus dikembalikan lagi pada pemiliknya. Kalau yang kita temukan itu berupa handphone atau uang yang yang masih berada di dalam dompet tentu saja lebih mudah bagi kita untuk menemukan siapa pemiliknya. Namun jika yang kita temukan itu sesuatu yang tidak ada identitasnya misalnya uang, perhiasan atau barang-barang lainnya maka kita akan kesulitan untuk menemukan siapa pemiliknya, kita akan kesulitan untuk mengembalikan pada pemiliknya sehinggal hal itu menjadi beban bagi kita.
Jika kita menemukan sesuatu baik itu barang ataupun uang yang mana kita kesulitan untuk menemukan pemiliknya maka langkah yang harus kita lakukan adalah mengumumkannya secara intensif selama satu tahun. Selama kita menunggu pemiliknya, kita boleh memanfaatkan barang atau uang tersebut, apabila pemiliknya datang maka barang atau uang tersebut harus dikembalikan pada pemiliknya.
Telah menceritakan kepada kami (Muhammad) telah menceritakan kepada kami (Isma'il bin Ja'far) telah mengabarkan kepada kami (Rabi'ah bin Abu Abdurrahman) dari (Yazid) bekas budak Al Munba'its, dari (Zaid bin Khalid Al Juhani) bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tentang barang temuan, Beliau menjawab : "Umumkanlah selama setahun, lalu kenalilah wadah dan talinya, (sementara waktu) kamu boleh memanfa'atkannya, apabila pemiliknya datang, maka berikanlah barang tersebut kepadanya." Orang itu bertanya lagi; "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan kambing yang hilang?". Beliau menjawab : "Ambillah, mungkin ia dapat menjadi milikmu atau milik saudaramu atau bahkan menjadi milik serigala." Dia bertanya lagi : "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan temuan unta?" Zaid bin Khalid berkata : "Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam marah hingga wajahnya memerah atau rona wajahnya menjadi merah, kemudian beliau bersabda : "Apa urusanmu dengan unta yang hilang? Biarkanlah ia, karena ia telah membawa sepatu dan wadah airnya sendiri hingga bertemu pemiliknya."
Begitulah indahnya aturan dalam Islam, kalau saja semua orang sadar akan hal itu maka tidak akan ada orang Islam yang jadi pencuri, apalagi jadi koruptor karena kita tahu bahwa mengambil barang yang bukan miliknya itu adalah perbuatan dosa. Semoga Allah SWT selalu menuntun kita di jalan yang lurus. Aamiin.
Itu tadi kalau barang atau uang kita yang hilang di jalan, lalu bagaimana kalau kita yang menemukan sesuatu di jalan? Kebanyakan orang kalau menemukan sesuatu di jalan atau di mana pun, dia itu merasa mendapat rejeki. "Alhamdulillah....isuk-isuk durung sarapan ndilalah nemu duit Rp 100.000,,rejeki nomplok...." (Alhamdulillah....pagi-pagi belum sarapan kebetulan menemukan uang Rp 100.000,,rejeki nomplok"). Contoh ungkapan orang yang menemukan uang di jalan seperti itu seringkali kita dengar. Baginya menemukan sesuatu di jalan itu adalah sebuah rejeki, dia tidak mau berpikir kalau orang yang kehilangan sesuatu tersebut pastilah merasa kesusahan. Dia merasa senang, sementara orang lain merasa kesusahan. Ini berarti bersenang-senang di atas kesusahan orang lain. Sikap seperti itu bukanlah akhlaknya orang Islam. Kalau saja dia itu orang Islam pastilah hal itu karena ketidaktahuannya terhadap aturan Islam, maka dari itu lewat tulisan ini kami jelaskan sedikit yang kami tahu tentang aturan Islam ketika kita menemukan sesuatu di jalan atau di mana pun.
Dalam aturan Islam, kalau kita menemukan sesuatu di jalan itu bukan suatu rejeki atau hal yang menyenangkan bagi kita, akan tetapi pada hakikatnya hal itu merupakan suatu beban bagi kita. Sesuatu yang kita temukan di jalan tersebut pastilah ada pemiliknya, maka harus dikembalikan lagi pada pemiliknya. Kalau yang kita temukan itu berupa handphone atau uang yang yang masih berada di dalam dompet tentu saja lebih mudah bagi kita untuk menemukan siapa pemiliknya. Namun jika yang kita temukan itu sesuatu yang tidak ada identitasnya misalnya uang, perhiasan atau barang-barang lainnya maka kita akan kesulitan untuk menemukan siapa pemiliknya, kita akan kesulitan untuk mengembalikan pada pemiliknya sehinggal hal itu menjadi beban bagi kita.
Jika kita menemukan sesuatu baik itu barang ataupun uang yang mana kita kesulitan untuk menemukan pemiliknya maka langkah yang harus kita lakukan adalah mengumumkannya secara intensif selama satu tahun. Selama kita menunggu pemiliknya, kita boleh memanfaatkan barang atau uang tersebut, apabila pemiliknya datang maka barang atau uang tersebut harus dikembalikan pada pemiliknya.
Telah menceritakan kepada kami (Muhammad) telah menceritakan kepada kami (Isma'il bin Ja'far) telah mengabarkan kepada kami (Rabi'ah bin Abu Abdurrahman) dari (Yazid) bekas budak Al Munba'its, dari (Zaid bin Khalid Al Juhani) bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tentang barang temuan, Beliau menjawab : "Umumkanlah selama setahun, lalu kenalilah wadah dan talinya, (sementara waktu) kamu boleh memanfa'atkannya, apabila pemiliknya datang, maka berikanlah barang tersebut kepadanya." Orang itu bertanya lagi; "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan kambing yang hilang?". Beliau menjawab : "Ambillah, mungkin ia dapat menjadi milikmu atau milik saudaramu atau bahkan menjadi milik serigala." Dia bertanya lagi : "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan temuan unta?" Zaid bin Khalid berkata : "Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam marah hingga wajahnya memerah atau rona wajahnya menjadi merah, kemudian beliau bersabda : "Apa urusanmu dengan unta yang hilang? Biarkanlah ia, karena ia telah membawa sepatu dan wadah airnya sendiri hingga bertemu pemiliknya."
Begitulah indahnya aturan dalam Islam, kalau saja semua orang sadar akan hal itu maka tidak akan ada orang Islam yang jadi pencuri, apalagi jadi koruptor karena kita tahu bahwa mengambil barang yang bukan miliknya itu adalah perbuatan dosa. Semoga Allah SWT selalu menuntun kita di jalan yang lurus. Aamiin.
Friday, February 3, 2017
Terorisme Bukan Dari Islam dan Islam Bukan Terorisme
Istilah terorisme sering kita dengar ketika ada kekacauan di tempat-tempat umum dan biasanya dengan adanya peledakan bom. Ketika ada peledakan bom di suatu tempat atau fasilitas umum pasti dikait-kaitkan dengan aksi terorisme. Dan yang sering kita saksikan di televisi-televisi maupun di media-media lainnya kalau ada aksi terorisme tersebut seringkali yang dijadikan terdakwa adalah orang Islam maupun organisasi Islam.
Apakah Terorisme Itu?
Berikut ini pengertian terorisme menurut kamus besar Bahasa Indonesia :
- Teror : perbuatan sewenang-wenang, kejam, bengis, dalam usaha menciptakan ketakutan, kengerian oleh seseorang atau golongan.
- Teroris : orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut (biasanya untuk tujuan politik).
Jadi menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pengertian terorisme adalah penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan, dalam usaha mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik) dan orang yang melakukukan aksi terorisme disebut dengan teroris.
Terorisme Dalam Pandangan Agama Islam
Tiap ada aksi terorisme yang sering dituduh jadi tersangka adalah orang Islam ataupun golongan dari umat Islam. Di Indonesia katanya mayoritas beragama Islam, akan tetapi mayoritas pula orang-orang yang mengaku beragama Islam tersebut tidak mau mengamalkan ajaran agama Islam sesuai yang dituntunkan dalam Al Qur'an maupun yang disunahkan nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Sallam. Terbukti banyaknya pencuri, perampok, pezina, koruptor, termasuk aksi-aksi terorisme ini yang setelah dilihat dalam KTP-nya tertulis beragama Islam. Dari sinilah yang seringkali menjadikan citra buruk terhadap agama Islam, padahal ajaran agama Islam tidak demikian. Justru orang-orang seperti itu yang menyimpang dari ajaran agama Islam.
Kembali ke masalah terorisme, aksi terorisme ini seringkali dikait-kaitkan dengan jihad. Apakah benar terorisme itu sama artinya dengan jihad? Tentu saja tidak, apapun alasannya aksi terorisme tidak dapat dibenarkan dalam pandangan agama Islam, apalagi dengan alasan jihad. Bisa jadi aksi terorisme tersebut sengaja direncanakan pihak asing untuk memecahbelah umat beragama di Indonesia dengan menyusupkan para teroris dari bangsa Indonesia sendiri. Kalaupun benar yang melakukan aksi teror tersebut seorang atau kelompok umat Islam yang ingin berjihad, ini pun tidak dapat dibenarkan dalam ajaran agama Islam. Kalau ingin berjihad di Indonesia dengan cara peperangan sepertinya tidak tepat, lebih tepat jika berjihad dengan cara perang di Palestina yang jelas-jelas saudara-saudara kita ditindas oleh bangsa Israel laknatullah. Untuk di Indonesia sendiri, dengan mengkaji Al Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Sallam kemudian bisa mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari inipun sudah termasuk jihad karena di tengah maraknya korupsi merajalela, perzinaan di mana-mana dan makin banyaknya perbuatan-perbuatan menyimpang lainnya tapi kita selalu berusaha membentengi diri dan keluarga kita dari hal-hal tersebut sungguh sangat berat. Jihad bukan berarti harus berperang melawan musuh, jihad bisa berarti bersungguh-sungguh dan istiqomah dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Untuk itu kalau ada yang beranggapan Islam itu teroris, ini adalah tuduhan yang sangat keji. Terorisme bukan dari Islam dan Islam bukan terorisme, karena Allah SWT mengutus nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Sallam dengan membawa agama Islam di tengah-tengah manusia ini sebagai rahmat, dan merupakan suatu kenikmatan yang besar bagi manusia bukan suatu mushibah yang membawa malapetaka, sebagaimana firman-firman Allah SWT berikut yang artinya :
"Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam" . [QS. Al-Anbiyaa’ : 107]
"Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada ummat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." [QS. Saba’ : 28]
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridlaan-Nya ke jalan keselamatan dan (dengan
kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap-gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seidzin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." [QS. Al-Maaidah : 15-16]
"Sungguh Allah telah memberi kenikmatan kepada orang-orang mukmin ketika Allah mengutus di kalangan mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata". [QS. Ali Imran : 164]
Dari ayat-ayat tersebut dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lain, menerangkan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Sallam dan Islam yang diserukannya, benar-benar membawa rahmat di alam semesta ini, dan mengeluarkan manusia dari gelap-gulita (tanpa mengetahui tujuan hidup), ke alam yang terang-benderang, sehingga mengetahui jalan yang lurus yang membebaskan dirinya dari kesesatan menuju jalan yang menyelamatkan hidupnya di dunia dan di akhirat kelak.
Bahkan sebelum Nabi menyerukan Islam, manusia selalu dalam kekacauan dan permusuhan, sebagaimana peringatan Allah sebagai berikut :
"Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara ..." [QS. Ali Imran 103]
Oleh karena itu seharusnyalah manusia bersyukur kepada Allah atas diutusnya Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Sallam membawa dinul Islam ini. Karena hanya dengan Islamlah manusia di dunia ini dapat hidup rukun, damai dan saling menebarkan kasih sayang. Dengan mengabaikan Islam, maka dunia akan kacau-balau, terorisme timbul di mana-mana seperti sekarang ini.
Agama Islam yang suci ini dibawa oleh Rasulullah yang mempunyai kepribadian yang suci pula, serta memiliki akhlaqul karimah dan sifat-sifat yang terpuji, sebagaimana dijelaskan oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi, antara lain :
"Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu". [QS. Ali Imran : 159]
"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin". [QS. At-Taubah : 128]
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Sallam memiliki sifat lemah-lembut serta hati Beliau terasa amat berat atas penderitaan yang menimpa pada manusia, maka Beliau berusaha keras untuk membebaskan dan mengangkat penderitaan yang dirasakan oleh manusia tersebut.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
Dari ‘Aisyah istri Nabi Shalallahu 'alaihi wa Sallam, bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam bersabda, “Hai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Kasih Sayang dan senang kepada kasih sayang, dan Dia memberi (kebaikan) pada kasih sayang itu apa-apa yang Dia tidak berikan kepada kekerasan, dan tidak pula Dia berikan kepada apapun selainnya”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2003]
"Kejahatan dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran Islam . Dan orang yang paling baik Islamnya ialah yang paling baik akhlaqnya."
[HR. Ahmad juz 7, hal. 410, no. 20874]
"Dan apabila Allah mencintai kepada seorang hamba, Allah memberinya kasih sayang (kelemah-lembutan). Dan tidaklah suatu keluarga yang terhalang dari kasih sayang, melainkan mereka terhalang pula dari kebaikan" . [HR. Thabrani dalam Al-Kabiir juz 2, hal. 306, no. 2274]
Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa ada seorang Arab gunung kencing di masjid, lalu orang-orang marah, dan akan memukul sebagai hukuman. Ketika melihat kemarahan para shahabat tersebut, Beliau bersabda :
"Biarkanlah dia, dan siramlah pada bekas kencingnya itu seember atau setimba air, karena sesungguhnya kamu sekalian diutus untuk memberi kemudahan bukan diutus untuk membuat kesukaran/kesusahan." [HR.Bukhari juz 1, hal. 61]
Dalam sabdanya yang lain : Dari Anas, dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa Sallam Beliau bersabda, “Permudahlah dan jangan mempersulit. Dan gembirakanlah dan jangan kalian membuat manusia lari”. [HR. Bukhari, juz 1, hal. 25 ]
Dan masih banyak lagi firman-firman Allah dan sabda-sabda nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Sallam yang menerangkan hal tersebut. Dari dalil-dalil di atas jelas-jelas menerangkan bahwa Islam itu membawa perdamaian dan kasih sayang, menuntun dari jalan kegelapan ke jalan yang terang benderang. Jadi dapat dipastikan bahwa terorisme itu bukan dari Islam dan Islam bukan terorisme.
Sebagian teks di atas diambil dari brosur JiHad Pagi MTA (Majlis Tafsir Al Qur'an) tanggal 23 Agustus 2009 yang dapat anda download di sini . Kalau ada tulisan di atas yang anda anggap keliru itu karena kebodohan saya.
Apakah Terorisme Itu?
Berikut ini pengertian terorisme menurut kamus besar Bahasa Indonesia :
- Teror : perbuatan sewenang-wenang, kejam, bengis, dalam usaha menciptakan ketakutan, kengerian oleh seseorang atau golongan.
- Teroris : orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut (biasanya untuk tujuan politik).
Jadi menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pengertian terorisme adalah penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan, dalam usaha mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik) dan orang yang melakukukan aksi terorisme disebut dengan teroris.
Terorisme Dalam Pandangan Agama Islam
Tiap ada aksi terorisme yang sering dituduh jadi tersangka adalah orang Islam ataupun golongan dari umat Islam. Di Indonesia katanya mayoritas beragama Islam, akan tetapi mayoritas pula orang-orang yang mengaku beragama Islam tersebut tidak mau mengamalkan ajaran agama Islam sesuai yang dituntunkan dalam Al Qur'an maupun yang disunahkan nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Sallam. Terbukti banyaknya pencuri, perampok, pezina, koruptor, termasuk aksi-aksi terorisme ini yang setelah dilihat dalam KTP-nya tertulis beragama Islam. Dari sinilah yang seringkali menjadikan citra buruk terhadap agama Islam, padahal ajaran agama Islam tidak demikian. Justru orang-orang seperti itu yang menyimpang dari ajaran agama Islam.
Kembali ke masalah terorisme, aksi terorisme ini seringkali dikait-kaitkan dengan jihad. Apakah benar terorisme itu sama artinya dengan jihad? Tentu saja tidak, apapun alasannya aksi terorisme tidak dapat dibenarkan dalam pandangan agama Islam, apalagi dengan alasan jihad. Bisa jadi aksi terorisme tersebut sengaja direncanakan pihak asing untuk memecahbelah umat beragama di Indonesia dengan menyusupkan para teroris dari bangsa Indonesia sendiri. Kalaupun benar yang melakukan aksi teror tersebut seorang atau kelompok umat Islam yang ingin berjihad, ini pun tidak dapat dibenarkan dalam ajaran agama Islam. Kalau ingin berjihad di Indonesia dengan cara peperangan sepertinya tidak tepat, lebih tepat jika berjihad dengan cara perang di Palestina yang jelas-jelas saudara-saudara kita ditindas oleh bangsa Israel laknatullah. Untuk di Indonesia sendiri, dengan mengkaji Al Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Sallam kemudian bisa mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari inipun sudah termasuk jihad karena di tengah maraknya korupsi merajalela, perzinaan di mana-mana dan makin banyaknya perbuatan-perbuatan menyimpang lainnya tapi kita selalu berusaha membentengi diri dan keluarga kita dari hal-hal tersebut sungguh sangat berat. Jihad bukan berarti harus berperang melawan musuh, jihad bisa berarti bersungguh-sungguh dan istiqomah dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Untuk itu kalau ada yang beranggapan Islam itu teroris, ini adalah tuduhan yang sangat keji. Terorisme bukan dari Islam dan Islam bukan terorisme, karena Allah SWT mengutus nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Sallam dengan membawa agama Islam di tengah-tengah manusia ini sebagai rahmat, dan merupakan suatu kenikmatan yang besar bagi manusia bukan suatu mushibah yang membawa malapetaka, sebagaimana firman-firman Allah SWT berikut yang artinya :
"Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam" . [QS. Al-Anbiyaa’ : 107]
"Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada ummat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." [QS. Saba’ : 28]
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridlaan-Nya ke jalan keselamatan dan (dengan
kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap-gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seidzin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." [QS. Al-Maaidah : 15-16]
"Sungguh Allah telah memberi kenikmatan kepada orang-orang mukmin ketika Allah mengutus di kalangan mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata". [QS. Ali Imran : 164]
Dari ayat-ayat tersebut dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lain, menerangkan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Sallam dan Islam yang diserukannya, benar-benar membawa rahmat di alam semesta ini, dan mengeluarkan manusia dari gelap-gulita (tanpa mengetahui tujuan hidup), ke alam yang terang-benderang, sehingga mengetahui jalan yang lurus yang membebaskan dirinya dari kesesatan menuju jalan yang menyelamatkan hidupnya di dunia dan di akhirat kelak.
Bahkan sebelum Nabi menyerukan Islam, manusia selalu dalam kekacauan dan permusuhan, sebagaimana peringatan Allah sebagai berikut :
"Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara ..." [QS. Ali Imran 103]
Oleh karena itu seharusnyalah manusia bersyukur kepada Allah atas diutusnya Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Sallam membawa dinul Islam ini. Karena hanya dengan Islamlah manusia di dunia ini dapat hidup rukun, damai dan saling menebarkan kasih sayang. Dengan mengabaikan Islam, maka dunia akan kacau-balau, terorisme timbul di mana-mana seperti sekarang ini.
Agama Islam yang suci ini dibawa oleh Rasulullah yang mempunyai kepribadian yang suci pula, serta memiliki akhlaqul karimah dan sifat-sifat yang terpuji, sebagaimana dijelaskan oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi, antara lain :
"Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu". [QS. Ali Imran : 159]
"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin". [QS. At-Taubah : 128]
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Sallam memiliki sifat lemah-lembut serta hati Beliau terasa amat berat atas penderitaan yang menimpa pada manusia, maka Beliau berusaha keras untuk membebaskan dan mengangkat penderitaan yang dirasakan oleh manusia tersebut.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
Dari ‘Aisyah istri Nabi Shalallahu 'alaihi wa Sallam, bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam bersabda, “Hai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Kasih Sayang dan senang kepada kasih sayang, dan Dia memberi (kebaikan) pada kasih sayang itu apa-apa yang Dia tidak berikan kepada kekerasan, dan tidak pula Dia berikan kepada apapun selainnya”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2003]
"Kejahatan dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran Islam . Dan orang yang paling baik Islamnya ialah yang paling baik akhlaqnya."
[HR. Ahmad juz 7, hal. 410, no. 20874]
"Dan apabila Allah mencintai kepada seorang hamba, Allah memberinya kasih sayang (kelemah-lembutan). Dan tidaklah suatu keluarga yang terhalang dari kasih sayang, melainkan mereka terhalang pula dari kebaikan" . [HR. Thabrani dalam Al-Kabiir juz 2, hal. 306, no. 2274]
Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa ada seorang Arab gunung kencing di masjid, lalu orang-orang marah, dan akan memukul sebagai hukuman. Ketika melihat kemarahan para shahabat tersebut, Beliau bersabda :
"Biarkanlah dia, dan siramlah pada bekas kencingnya itu seember atau setimba air, karena sesungguhnya kamu sekalian diutus untuk memberi kemudahan bukan diutus untuk membuat kesukaran/kesusahan." [HR.Bukhari juz 1, hal. 61]
Dalam sabdanya yang lain : Dari Anas, dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa Sallam Beliau bersabda, “Permudahlah dan jangan mempersulit. Dan gembirakanlah dan jangan kalian membuat manusia lari”. [HR. Bukhari, juz 1, hal. 25 ]
Dan masih banyak lagi firman-firman Allah dan sabda-sabda nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa Sallam yang menerangkan hal tersebut. Dari dalil-dalil di atas jelas-jelas menerangkan bahwa Islam itu membawa perdamaian dan kasih sayang, menuntun dari jalan kegelapan ke jalan yang terang benderang. Jadi dapat dipastikan bahwa terorisme itu bukan dari Islam dan Islam bukan terorisme.
Sebagian teks di atas diambil dari brosur JiHad Pagi MTA (Majlis Tafsir Al Qur'an) tanggal 23 Agustus 2009 yang dapat anda download di sini . Kalau ada tulisan di atas yang anda anggap keliru itu karena kebodohan saya.
Wednesday, February 1, 2017
Tebarkanlah Salam Di Antara Kita
Dalam hubungannya antar manusia, Islam mengajarkan kasih sayang , tebarkanlah salam sesama saudara muslim. Salam menurut ajaran Islam pada hakikatnya adalah doa yang kita panjatkan kepada Allah SWT untuk keselamatan dan kesejahteraan saudara kita yang kita jumpai. Jadi tebarkanlah salam sesama saudara-saudara sesama muslim. Tebarkanlah salam ini bukan sekedar dalam batas ucapan saja, melainkan kita harus selalu menjaga agar saudara-saudara kita selamat dari perilaku dan tindakan kita.
Di samping itu, salam juga merupakan suatu cara untuk memulihkan hubungan yang tidak baik antara sesama muslim. Inilah salah satu manfaatnya tebarkanlah salam dalam Islam, bukan sekedar ucapan "assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" , akan tetapi lebih dalam maknanya dari itu, yaitu makna tebarkanlah salam berarti kita harus menjaga keselamatan dan kesejahteraan saudara kita. Maka dari itu selalu tebarkanlah salam di antara kita. Perhatikan sabda Rasulullah berikut :
Dari Abu Ayyub Al-Anshariy bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam, keduanya bertemu lalu yang satu berpaling dan yang lain berpaling juga. Dan yang paling baik diantara keduanya adalah yang memulai memberi salam". [HR. Muslim juz 4, hal. 1983]
Tebarkanlah Salam Di Antara Kita
Berikut ini hadits -hadits tentang keutamaan salam, tebarkanlah salam selalu, sekali lagi, bukan sebatas ucapan saja.
Dari Abdullah bin 'Amr (bin 'Ash) RA, bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW, "(Ya Rasulullah), Islam yang bagaimanakah yang lebih baik?". Beliau SAW menjawab, "(Islam yang paling baik ialah) kamu memberi makan (kepada orang lain) dan menebarkan salam kepada orang yang sudah kamu kenal maupun orang yang belum kamu kenal". [HR. Bukhari juz 1, hal. 9]
Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Demi Tuhan yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, kalian tidak masuk surga sehingga kalian beriman dan kalian tidak beriman sehingga kalian saling berkasih-sayang . Maukah aku tunjukkan kepada kalian pada suatu perkara apabila kalian mengamalkannya kalian akan saling berkasih sayang? Tebarkanlah salam diantara kalian!". [HR. Tirmidzi juz 4, hal. 156, no. 2829, hadits ini hasan shahih]
Dari Ibnu Zubair, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Akan menjangkit kepada kalian penyakit ummat-ummat sebelum kalian. Yaitu kebencian dan kedengkian. Kebencian itu adalah pencukur. Bukan pencukur rambut, tetapi pencukur agama. Demi Tuhan yang jiwaku ada di tangan-Nya, kamu sekalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman. Dan kalian tidak beriman sehingga saling mencintai. Maukah kalian kuberitahu sesuatu yang aku yaqin bisa memantapkan kalian? Yaitu tebarkanlah salam diantara kalian". [HR. Al-Bazzaar dengan sanad jayyid, juz 6, hal. 192]
Dari Syaibah Al-Hajabiy dari pamannya (Utsman bin Thalhah Al-Hajaibiy) RA, ia berkata, "Ada tiga hal yang membuatmu tulus mencintai saudaramu, yaitu kamu mengucapkan salam kepadanya apabila bertemu dengannya, kamu memberi tempat kepadanya dalam majlis, dan kamu memanggil dengan nama yang paling ia sukai" . [HR. Thabrani, di dalam Al-Ausath juz 9, hal. 169, no. 8365]
Dari Al-Baraa' RA dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Tebarkanlah salam, niscaya kalian selamat" . [HR. Ibnu Hibban di dalam shahihnya juz 2, hal. 244, no. 491]
Dari Abdullah bin 'Amr, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Sembahlah Allah yang Maha Rahman, berikanlah makan dan tebarkanlah salam, niscaya kalian masuk surga dengan selamat" . [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 188, no. 1916, dan ia berkata : Ini hadits hasan shahih]
Dari Abu Syuraih RA, ia berkata, "Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku sesuatu yang menyebabkan aku masuk surga". Beliau SAW bersabda, "(Yang menyebabkan kamu masuk surga yaitu) ucapan yang baik, menebarkan salam dan memberi makan". [HR. Ibnu Hibban di dalam shahihnya juz 2, hal. 257, no. 504]
Tebarkanlah Salam, Berikan Haknya Orang Islam
Selalu tebarkanlah salam di muka bumi ini karena hal ini merupakan salah satu haknya orang Islam, sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits berikut :
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Haknya orang Islam atas orang Islam yang lain ada lima, yaitu : 1. menjawab salam, 2. menjenguk orang sakit, 3. mengantarkan jenazah, 4. mendatangi undangannya, dan 5. mendoakan orang yang bersin (apabila dia menyebut Alhamdulillah)". [HR. Bukhari juz 2, hal. 70]
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Haqnya orang Islam atas orang Islam yang lain itu ada enam. Lalu (beliau) ditanya, "Apa saja enam itu ya Rasulullah ?". Beliau menjawab, "1. Apabila kamu bertemu dengannya ucapkanlah salam kepadanya, 2. Apabila dia mengundangmu maka datangilah, 3. Apabila dia minta nasehat kepadamu maka berilah nasehat, 4. Apabila dia bersin dan memuji Allah maka doakanlah dia, 5. Apabila dia sakit maka jenguklah, dan 6. Apabila dia meninggal maka antarkanlah jenazahnya" . [HR. Muslim juz 4, hal. 1705]
Begitulah beberapa keutamaan salam dalam ajaran agama Islam yang bukan sebatas pada ucapan saja melainkan juga pada tindakan dan perilaku yaitu makna tebarkanlah salam berarti kita harus menjaga keselamatan dan kesejahteraan saudara kita. Maka dari itu selalu tebarkanlah salam di antara kita agar selalu tercipta masyarakat yang aman, damai, tenteram dan sejahtera.
Di samping itu, salam juga merupakan suatu cara untuk memulihkan hubungan yang tidak baik antara sesama muslim. Inilah salah satu manfaatnya tebarkanlah salam dalam Islam, bukan sekedar ucapan "assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" , akan tetapi lebih dalam maknanya dari itu, yaitu makna tebarkanlah salam berarti kita harus menjaga keselamatan dan kesejahteraan saudara kita. Maka dari itu selalu tebarkanlah salam di antara kita. Perhatikan sabda Rasulullah berikut :
Dari Abu Ayyub Al-Anshariy bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam, keduanya bertemu lalu yang satu berpaling dan yang lain berpaling juga. Dan yang paling baik diantara keduanya adalah yang memulai memberi salam". [HR. Muslim juz 4, hal. 1983]
Tebarkanlah Salam Di Antara Kita
Berikut ini hadits -hadits tentang keutamaan salam, tebarkanlah salam selalu, sekali lagi, bukan sebatas ucapan saja.
Dari Abdullah bin 'Amr (bin 'Ash) RA, bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW, "(Ya Rasulullah), Islam yang bagaimanakah yang lebih baik?". Beliau SAW menjawab, "(Islam yang paling baik ialah) kamu memberi makan (kepada orang lain) dan menebarkan salam kepada orang yang sudah kamu kenal maupun orang yang belum kamu kenal". [HR. Bukhari juz 1, hal. 9]
Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Demi Tuhan yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, kalian tidak masuk surga sehingga kalian beriman dan kalian tidak beriman sehingga kalian saling berkasih-sayang . Maukah aku tunjukkan kepada kalian pada suatu perkara apabila kalian mengamalkannya kalian akan saling berkasih sayang? Tebarkanlah salam diantara kalian!". [HR. Tirmidzi juz 4, hal. 156, no. 2829, hadits ini hasan shahih]
Dari Ibnu Zubair, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Akan menjangkit kepada kalian penyakit ummat-ummat sebelum kalian. Yaitu kebencian dan kedengkian. Kebencian itu adalah pencukur. Bukan pencukur rambut, tetapi pencukur agama. Demi Tuhan yang jiwaku ada di tangan-Nya, kamu sekalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman. Dan kalian tidak beriman sehingga saling mencintai. Maukah kalian kuberitahu sesuatu yang aku yaqin bisa memantapkan kalian? Yaitu tebarkanlah salam diantara kalian". [HR. Al-Bazzaar dengan sanad jayyid, juz 6, hal. 192]
Dari Syaibah Al-Hajabiy dari pamannya (Utsman bin Thalhah Al-Hajaibiy) RA, ia berkata, "Ada tiga hal yang membuatmu tulus mencintai saudaramu, yaitu kamu mengucapkan salam kepadanya apabila bertemu dengannya, kamu memberi tempat kepadanya dalam majlis, dan kamu memanggil dengan nama yang paling ia sukai" . [HR. Thabrani, di dalam Al-Ausath juz 9, hal. 169, no. 8365]
Dari Al-Baraa' RA dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Tebarkanlah salam, niscaya kalian selamat" . [HR. Ibnu Hibban di dalam shahihnya juz 2, hal. 244, no. 491]
Dari Abdullah bin 'Amr, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Sembahlah Allah yang Maha Rahman, berikanlah makan dan tebarkanlah salam, niscaya kalian masuk surga dengan selamat" . [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 188, no. 1916, dan ia berkata : Ini hadits hasan shahih]
Dari Abu Syuraih RA, ia berkata, "Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku sesuatu yang menyebabkan aku masuk surga". Beliau SAW bersabda, "(Yang menyebabkan kamu masuk surga yaitu) ucapan yang baik, menebarkan salam dan memberi makan". [HR. Ibnu Hibban di dalam shahihnya juz 2, hal. 257, no. 504]
Tebarkanlah Salam, Berikan Haknya Orang Islam
Selalu tebarkanlah salam di muka bumi ini karena hal ini merupakan salah satu haknya orang Islam, sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits berikut :
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Haknya orang Islam atas orang Islam yang lain ada lima, yaitu : 1. menjawab salam, 2. menjenguk orang sakit, 3. mengantarkan jenazah, 4. mendatangi undangannya, dan 5. mendoakan orang yang bersin (apabila dia menyebut Alhamdulillah)". [HR. Bukhari juz 2, hal. 70]
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Haqnya orang Islam atas orang Islam yang lain itu ada enam. Lalu (beliau) ditanya, "Apa saja enam itu ya Rasulullah ?". Beliau menjawab, "1. Apabila kamu bertemu dengannya ucapkanlah salam kepadanya, 2. Apabila dia mengundangmu maka datangilah, 3. Apabila dia minta nasehat kepadamu maka berilah nasehat, 4. Apabila dia bersin dan memuji Allah maka doakanlah dia, 5. Apabila dia sakit maka jenguklah, dan 6. Apabila dia meninggal maka antarkanlah jenazahnya" . [HR. Muslim juz 4, hal. 1705]
Begitulah beberapa keutamaan salam dalam ajaran agama Islam yang bukan sebatas pada ucapan saja melainkan juga pada tindakan dan perilaku yaitu makna tebarkanlah salam berarti kita harus menjaga keselamatan dan kesejahteraan saudara kita. Maka dari itu selalu tebarkanlah salam di antara kita agar selalu tercipta masyarakat yang aman, damai, tenteram dan sejahtera.
Subscribe to:
Comments (Atom)







